EKSEKUTIF
SUMMARY
Penelitian:
Repertoar Gerakan Islam Radikal di Indonesia 1999-2009: Studi tentang Jamaah
Islamiyah (JI) dan Majlis Mujahidin Indonesia (MMI).
Tema
penelitian ini dimaksud tidak untuk memberikan penilaian atau justifikasi
terhadap phenomena aksi-aksi “radikal” yang dilakukan oleh kedua organisasi ini
di Indonesia. Terkait apakah aksi-aksi tersebut benar atau salah dan ataukah
aksi-aksi tersebut terkategorikan ancaman bagi suatu Negara, maka peneliti tidak
dalam kapasitas yang demikian, hematnya sudah ada suatu intitusi Negara yang
melakukan tindakan dan penilaian terkait aksi-aksi dimaksud.
Tujuan
akademik penelitian ini adalah memberikan deskripsi
total terkait aksi-aksi yang dilakukan oleh JI dan MMI sepanjang tahun 1999
sampai dengan 2009 di Indonesia. Aksi-aksi yang bersifat radikal terus
berlangsung dan terulang-ulang di berbagai
wilayah, bahkan aksi-aksi
tersebut sering memanfaatkan sumber-sumber daya terbatas.
Temuan
penelitian ini mengungkapkan bahwa aksi-aksi yang dilakukan JI mengalami proses
pergeseran bentuk aksi dan tujuan,
dimana aksi tersebut dilakukan dan oleh siapa aksi tersebut dilakukan.
Pergeseran tersebut tidak disebabkan oleh ideologi gerakan, namun pada arus strategi perang
mereka. Awalnya aksi-aksi pemboman dilakukan secara grouping dan sasaran
instansi Negara, bergeser kepada pelaku bom bunuh diri, perakitan terbatas dan
target tempat-tempat yang dianggap simbol
yahudisme dan Amerikanisme. Semenjak tahun 2000 sampai dengan 2009 aksi-aksi
radikal dalam bentuk bom bunuh diri ditargetkan pada hotel, café, rumah
kedubes, dan tempat ibadah tertentu.
Sementara
MMI yang didirikan oleh Abu Bakar Baasyir tahun 2000, merupakan organisasi
berbasis masyarakat. Ketokohan Baasyir yang alumnus JI secara ideologis sering
dikaitkan dengan aksi-aksi yang dilakukan JI. Temuan penelitian ini
menggambarkan bahwa aksi-aksi MMI sepanjang 2001-2009 merupakan aksi-aksi yang
dilakukan secara massif, berkelompok dan terbuka. Aksi-aksi yang mengarah
kepada radikalisme seperti protes, demontrasi dan sweeping yang terus terulang
serta terus-
menerus adalah suatu direktori perlawanan.
Pendekatan
penelitian ini dilakukan dengan menggunakan teori repertoire contention
dan proses politik dari Charles Tilly. Aksi-aksi radikal dari JI dan aksi-aksi
kekerasan dari MMI, sesungguhnya suatu direktori aksi perlawanan terhadap
penegakan atau keinginan dari tujuan organisasinya, bukan mewakili
kehendak masyarakatnya.
Dengan
menggunakan studi kasus, fokus
penelitian ini akan terungkap dan menjadi media penjelasan terkait aksi-aksi
radikal yang berulang dan dijaga intensitasnya sebagai bagian dari sikap
perlawanan. Karena itu teknik pengumpulan data baik primer maupun sekunder
menggunakan dokumen,
terutama wacana media dan ulasan media yang memberitakan aksi-aksi dimaksud.
Penggalian sumber dokumen seperti majalah tempo, Koran harian kompas dan
lainnya adalah pekerjaan akademik yang menjadi bagian inti penelitian ini.
Dari
pembahasan penelitian ini, maka dapat ditarik kesimpulan yakni; aksi-aksi
radikal dan bersifat terorisme lebih banyak dilakukan oleh JI dengan sistem
organisasi sel. Rekruetmen dilakukan dengan cara “doktrin” calon pembom disebut
dengan “pengantin”, metode yang digunakan adalah bom bunuh diri di tempat-tempat acak dan
umumnya yang disenangi oleh warga asing khususnya Barat. Aksi-aksi JI dalam
bentuk pemboman berulang dan inovatif seperti granat tangan, paralon pipa besi,
bahan peledak implusif, dan rangsel.
Sebagaimana berikut gambaran
aksi-aksi yang telah dilakukan oleh JI dalam rentang waktu tahun 1999-2009:
NO
|
Tempat Kota
|
Lokasi TKP
|
Keterangan
|
1
|
Jakarta
|
Masjid Istiqlal
|
April 1999
|
2
|
Jakarta
|
Rmh Dubes Fhilipina
|
Agustus 2000
|
3
|
Jakarta, Jabar, Riau, Jateng,
Jatim, NTB
|
38 Gereja malam Natal
|
Desember 2000
|
4
|
Jakarta
|
Gereja HKNP dan Santa Ana
|
Juli 2001
|
5
|
Jakarta
|
Atrium Mall
|
Agustus 2001
|
6
|
Jakarta
|
Gereja Petra
|
November 2001
|
7
|
Jakarta
|
Gudang Kedubes AS
|
September 2002
|
8
|
Bali
|
Sari Club dan Paddys
|
Oktober 2002
|
9
|
Bali
|
Gedung Konsulat AS
|
Oktober 2002
|
10
|
Sultra
|
Gedung Konsulat Fhilipina
|
Oktober 2002
|
11
|
Jakarta
|
Konsulat PBB
|
April 2003
|
12
|
Jakarta
|
Bandara Soeta
|
April 2003
|
13
|
Jakarta
|
Lap. Parlemen
|
Juli 2003
|
14
|
Jakarta
|
JW.Marriot
|
Agustus 2003
|
15
|
Jakarta
|
Kedubes AS
|
Sepetember 2004
|
16
|
Bali
|
Bom Bali 2
|
Oktober 2005
|
17
|
Palu
|
Pasar Palu
|
31 Desember 2005
|
18
|
Jakarta
|
JW.Marriot dan Ritzs Carlton
|
17 Juli 2009
|
Sumber : Tempo 14 Januari, 15
Januari,2001, 27 Oktober 2002, 19 September 2004 dan 16 Oktober 2005, kompas 18
Juli 2009
Gambar di menjelaskan secara
kronologis
aksi-aksi yang dilakukan JI diawali Bom Kedubes Fhilipina, Jakarta
1 Agustus 2000, bom meledak dari sebuah mobil yang diparkir di depan
rumah Duta Besar Filipina, Menteng, Jakarta Pusat 2 orang tewas dan 21 orang lainnya luka-luka, termasuk Duta
Besar Filipina Leonides T Caday. Bom Kedubes Malaysia, Jakarta 27 Agustus 2000, granat meledak di kompleks
edutaan Besar Malaysia di Kuningan, Jakarta. Tidak ada korban jiwa.
Disusul Bom
Gedung Bursa Efek Jakarta 13 September 2000, ledakan mengguncang lantai parkir
P2 Gedung Bursa Efek Jakarta. 10 orang tewas, 90 orang lainnya luka-luka. 104
mobil rusak berat, 57 rusak ringan. Dirangkai dengan Bom malam Natal 24 Desember 2000, serangkaian ledakan bom
pada malam Natal di beberapa kota di Indonesia, merenggut nyawa 16 jiwa dan
melukai 96 lainnya serta mengakibatkan 37 mobil rusak.
Di
Tahun 2001. Bom Plaza Atrium Senen, Jakarta, 23 September
2001, bom meledak di kawasan Plaza Atrium, Senen, Jakarta. 6 orang cedera. Bom Restoran KFC, Makassar 2001. 12 Oktober
2001, ledakan bom mengakibatkan kaca, langit-langit, dan neon sign KFC pecah.
Tidak ada korban jiwa. Sebuah bom lainnya yang dipasang di kantor MLC Life
cabang Makassar tidak meledak.
Di tahun 2002
Bom Bali Pertama Bom malam Tahun
Baru 2002. 1 Januari 2002, Granat manggis meledak di depan rumah makan ayam Bulungan,
Jakarta. Satu orang tewas dan seorang lainnya luka-luka. Bom Bali 2002. 12 Oktober 2002, tiga ledakan
mengguncang Bali. 202 korban yang mayoritas warga negara Australia tewas dan
300 orang lainnya luka-luka. Saat bersamaan, di Manado, Sulawesi Utara, bom
rakitan juga meledak di kantor Konjen Filipina, tidak ada korban jiwa.
Selanjutnya
di tahun 2003, Bom JW Marriott
dan Bom Kompleks Mabes Polri, Jakarta.
3 Februari 2003, bom rakitan meledak di
lobi Wisma Bhayangkari, Mabes Polri Jakarta. Tidak ada korban jiwa. Bom JW
Marriott 5 Agustus 2003, bom menghancurkan sebagian
hotel JW Marriott. Sebanyak 11 orang meninggal, dan 152 orang lainnya mengalami
luka-luka.
Sementara di tahun 2004, Bom Kedubes Australia tanggal
9 September 2004, ledakan besar terjadi di depan Kedutaan Besar
Australia. 5 orang tewas dan ratusan lainnya luka-luka. Ledakan juga
mengakibatkan kerusakan beberapa gedung di sekitarnya seperti Menara Plaza 89,
Menara Grasia, dan Gedung BNI. Ledakan bom di Gereja Immanuel, Palu, Sulawesi
Tengah pada 12 Desember 2004 .
Pada 2005,
Bom Pamulang, Tangerang , 8 Juni
2005, bom meledak di halaman rumah Ahli Dewan Pemutus Kebijakan Majelis
Mujahidin Indonesia Abu Jibril alias M Iqbal di Pamulang Barat. Tidak ada
korban jiwa. Bom Bali 2005, 1 Oktober 2005, bom kembali meledak di Bali.
Sekurang-kurangnya 22 orang tewas dan 102 lainnya luka-luka akibat ledakan yang
terjadi di R.AJA’s Bar dan Restaurant, Kuta Square, daerah Pantai Kuta dan di
Nyoman Café Jimbaran. Pemboman Palu tanggal
31 Desember 2005, bom meledak di sebuah pasar di Palu, Sulawesi Tengah
yang menewaskan 8 orang dan melukai sedikitnya 45 orang.
Pada tahun 2009, Bom Jakarta 17 Juli 2009, dua ledakan dahsyat terjadi di
Hotel JW Marriott dan Ritz-Carlton, Jakarta. Ledakan terjadi hampir bersamaan,
sekitar pukul 7.00 WIB.
Seturut dengan uraian atas peneliti
mencoba menjelaskan bagaimana aksi-aksi radikal yang dilakukan oleh kelompok JI
Indonesia yang mentargetkan tempat-tempat penginapan dan hiburan malam. Tempat
yang sering didatangi oleh orang Asing atau tempat yang sering mengdeskriditkan umat Islam seperti rumah dubes
Fhilipina. Aksi-aksi radikal tersebut dilakukan berulang dan inovatif, tidak
terstruktur dan mengedepankan sistem sel sebagai penggantinya yang akan menjadi “iqbal”nya
alias juru bom bunuh dirinya.
Sementara
MMI dalam melakukan aksi-aksinya lebih bersifat massif, terbuka dan
berjejaring. Aksi-aksi kekerasan dan menjurus kepada konfrontatif, namun tidak
radikal dan berorientasi terorisme. Aksi dalam bentuk protes, demonstransi dan sweeping
lebih sering dilakukan demi menegakan syari’at.
Banyak
faktor yang dapat dijadikan media determinan bagi aksi-aksi JI dan MMI di
Indonesia, salah satunya faktor ideologi
dan keyakinan yang dipahami secara parsial dan tidak utuh, dikemas dalam suatu
pedoman “organisasional” dan diarahkan untuk melakukan suatu perbuatan “suci”
demi khilafah raya. Faktor lainnya adalah jaringan pendukung dan pandainnya
aktor-aktor pembentuk aktor baru. Faktor lainnya yang bisa diperdebatkan adalah
ekonomi liberal yang memicu kebencian yang bisa dimanfaatkan oleh gerakan ini.
Berikut adalah gambaran
aksi-aksi yang telah dilakukan MMI dalam rentang waktu 2000-2014:
NO
|
Tempat Kota
|
Isu
|
Keterangan
|
1
|
Jakarta
|
BOM Bali I dan Gereja ANA
|
2000 dan 2001 (anggota MMI
terlibat)
|
2
|
Jakarta
|
Majalah Playboys Jakarta
|
Abu Bakar Baasyir dan FPI
|
3
|
Jakarta
|
Sweeping menjelang Ramadhan
|
2003 dilakukan di Solo, Yogya,
Jakarta, Sukabumi
|
4
|
Jakarta dan Cerebon
|
Pernyataan perdana menteri
Singapore tentang Indonesia sebagai sarang teroris
|
MMI bersama dengan FPI dan HTI
|
5
|
Yogyakarta
|
Pegelaran seni oleh Bramatyo
|
MMI dan FPI 2012
|
6
|
Jakarta
|
Pengungsi Muslim Rohingya
|
MMI,PFI dan jaringan islam lainnya
2013
|
7
|
Bali dan Jakarta
|
Miss word
|
MMI,FPI, HTI dan lainnya tahun
2013
|
8
|
Klaten, Jakarta, Medan, Pekalongan
|
Pelantikan anggota DPRD 2014
|
MMI dan HTI
|
Berangkat
dari uraian dari hasil penelitian di atas, maka dapat disampaikan, bahwa faktor yang
sangat determinan dalam organisasi JI dan MMI di Indonesia adalah ideologi dan keyakinan. Karena
itu pendidikan kultural
dan metodologi pemahaman terhadap teks haruslah dipandang sebagai suatu yang
sangat penting dan berpengaruh besar terhadap perubahan dalam masyarakat.
Selain itu, stigma “suatu organisasi dilabelkan
sebagai teroris” khusus untuk gerakan-gerakan radikal berbasis “agama” perlulah
dibedakan mana sebagai gerakan dan mana sebagai suatu ajaran. Perhatian
terhadap radikalisme itu sendiri perlu juga mempertimbangkan isu-isu yang
dijadikan persoalan.
DAFTAR
PUSTAKA
Awwas,
I.S. Pengadilan Teroris: Klarifikasi dan Dusta yang Terungkap di Persidangan.
Yogyakarta: Wihdah Press. 2004
Aziz,
A.. Imam Samudra: Aku Melawan Teroris. Solo: Jazeera, 2004
Abdul Baqi
Surur, Dawlah al-Qur`an, Kairo: Dar al-Nahdhah, 1972
Ahmad Syafi’i
Ma’arif, Islam as the Basis of State: A Study of the Islamic Political Ideas
as Reflekcted in the Constituent Assembly Debates in Indonesia, disertasi
doktor, University of Chicago, 1983
Albert Hourani,
Arabic Thought in the Liberal Age 1798-1939, Cambridge: Cambrige
University Press.
Ali Abdurraziq,
al-Islam wa Ushul al-Hukm: Bahts fiy al-Khilafah wa al-Hukumah fiy al-Islam,
Beirut: 1966.
Azyumardi Azra,
Pergolakan Politik Islam: Dari Fundamentalisme, Modernisme, Hingga
Post-Modernisme, Jakarta: Paramadina, 1996,
Bahtiar Effendi, Islam dan Negara: Transformasi Pemikiran dan Praktik
Politik di Indonesia, Jakarta: Paramadina, 1998
Ba’asyir, A. B.. Sistem Kaderisasi
Mujahidin dalam Mewujudkan Masyarakat Islam. Dalam I.S. Awwas (ed.), Risalah
Kongres Mujahidin I dan Penegakkan Syari’ah Islam. Yogyakarta: Wihdah Press
2001
Fachri Ali & Bahtiar Effendy, Merambah Jalan Baru Islam (Mizan:
Bandung, 1986
Fazlurrahman, Islam
and Modernity: Transformation of an Intellectual Tradition, Chicago:
University of Chicago Press, 1982.
----------, The
Islamic Concept of State, dalam John J. Donohue dan L. Esposito (ed.), Islam
in Transition: Muslim Perspective, (New York: Oxford University Press,
1982.
Hasan Turabi, al-Harakah
al-Islamiyah fiy Sudan: al-Tathawwur wa al-Kasb wa al-Manhaj, Lahore: Iman,
1410/1990
----------,
al-Shahwah al-Islamiyah wa al-Dawlah al-Quthriyyah fiy al-Wathan al-‘Arabiy,
dalam Sa’d al-Din Ibrahim (ed.), al-Shahwah al-Islamiyah wa Humum al-Wathan
al-‘Arabiy, Amman: Muntadza al-Fikr al-‘Arabiy, 1988.
----------,
Islam, Democracy, the State, and the West”, Middle East Policy 1, No. 3, 1992.
----------,
“The Islamic State” dalam dalam Voices of Resurgent Islam, disunting
oleh John L. Esposito, New York: Oxford University Press, 1983
Husain Haykal, Mudzakkirat
fiy al-Siyasah al-Mishriyah, Kairo: Dar al-Ma’arif, 1990.
----------, al-Hukumah al-Islamiyah, Kairo: Dar al-Ma’arif, 1993
----------, Mudzakkirat fiy al-Siyasah al-Mishriyah, Kairo: Dar
al-Ma’arif, 1990.
John L. Esposito, Islam dan Politik (Jakarta: Bulan Bintang, 1990)
KH Imron Hamzah & Choirul Anam (peny.), Gus Dur Diadili Kiai-Kiai,
Surabaya: Jawa Pos, 1989.
Leonard Binder,
Islamic Liberalism, Chicago and London: 1988.
M. Syafi’i
Anwar, Pemikiran dan Aksi Islam Indonesia: Sebuah Kajian Politik tentang
Cendekiawan Muslim Orde Baru, Jakarta: Paramadina, 1995
Moeslim Abdurrahman, Islam Transformatif, Jakarta: Pustaka Firdaus,
1995
----------, Semarak Islam, Semarak Demokrasi ?, Jakarta: Pustaka
Firdaus, 1996.
Muhammad Yusuf Musa, Nidham al-Hukm fiy al-Islam, Kairo: dar
al-Kitab al-‘Arabiy, 1963.
Munawir Sjadzali, Islam dan Tata Negara, Jakarta: UI-Press, 1990
Qamaruddin Khan, Tentang Teori Politik Islam, Bandung: Pustaka, 1998
----------, Pemikiran Politik Ibnu Taymiyah, (Bandung: Pustaka, 1995
R. William
Lidlle, Politics and Culture in Indonesia, Ann Arbor: Center for
Political Studies Institute for Social Reasen the Indonesia, 1998.
Sayyid Qutb, al-‘Adalah
al-Ijtima’iyah fiy al-Islam, Beirut: Dar al-Kitab al-‘Arabiy, 1967.
Thaha Husein,
al-Fitnah al-Kubra, dalam al-Majmu’ah al-Kamilah li Mu`allafat al-Duktur
Thaha Husein, Beirut: Dar al-Kitab al-Lubnani, 1973.
"http://jurnal.radenfatah.ac.id/index.php/tamaddun/issue/view/83"
"http://jurnal.radenfatah.ac.id/index.php/tamaddun/issue/view/83"
Surat Kabar,Majalah dan Jurnal
Majalah
Tempo terbitan bulan Januari dan Februari tahun 2001 dan Oktober 2002
Majalah
Tempo terbitan bulan Agustus 2003 dan September 2004 dan Oktober 2005
Koran
Harian Umum Kompas, edisi 22, 23, 26 dan 28 Agustus 2009
Tidak ada komentar:
Posting Komentar